Sudah setahun lebih sekolah harus menjalani pembelajaran jaraj jauh (PJJ) atau daring karena pandemic belum berakhir. Peran orang tua sangat vital dalam PJJ ini. Sebab itu, orang tua harus memahami kondisi psikologi si anak. Terutama siswa jenjang taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD).
Ada beberapa tips cara orang tua dalam menemani anak belajar. Pertama, orang tua harus bisa mengamati gaya belajar anak. Yakni gaya belajar auditori ( pendengaran ), visual ( penglihatan, dan kinestetik( gerak).
Jika gaya belajar auditori, anak lebih dominan mendengarkan. Berarti si anak lebih menyukai suara-suara yang menarik perhatiannya. Di sini orang tua diminta aktif berbicara. Bis ajuga mencari variasi menarik. Contohnya belajar dengan lagu, music, dan lainnya.
Sedangkan gaya belajar visual adalah anak dominan melihat. Pembelajaran bisa dengan bentuk gambar yang menarik, dan bervariasi warna. Sehingga anak tertarik dan mudah memahami suatu pembelajaran. Selanjutnya gaya belajar kinestetik itu lewat gerakan. Jadi anak tidak bisa diam. Sebagai orang tua bisa gunakan media yang bisa digerakan. Misalnya bola berwarna-warni dimasukan ke gelas atau memantul, lalu anak menghitung.
Setelah memahami gaya belajar anak, orang tua bisa membuat jadwal harian disesuaikan keinginan anak seperti apa, namun tidak menutup kemungkinan untuk mengikuti gaya belajar lainnya. Misalnya dominan ke gaya belajar visual, auditori juga bisa diterapkan. Artinya bisa diselang-seling. Agar semua indra atau motoriknya bekerja.
Akan ada keseimbangan. Misalnya dominan ke gaya belajar visual saja. Nanti auditoria atau kinetik kurang berfungsi. Sehingga ada kelemahan. Nah, bisa dibuat jadwal harian. Supaya bisa menentukan atau melihat si anak bisa mengatur jadwalnya. Jadi belajar tidak membosankan.
Saat jadwal harian sudah dibuat, tetap berikan jeda. Caranya bervariasi, missal belajar membuat tugas dari sekolah. Nanti divariasikan dengan ide-ide yang dibuat sendiri. Nah, berkaitan dengan pembelajaran si anak tersebut.
Ambil contoh, pada jam pemeblajaran pertama anak TK itu menggambar. Setelah selesai, orang tua bisa membuat jadwal lainnya. Bisa dengan mengajak anak melakukan hal lain. Misalnya mengajak menjemur pakaian. Di dalam kegiatan itu, bisa sekaligus mengajari anak menjemur sambal berhitung . atau mengenal warna baju.
Kunci lainnya adalah membuat anak belajar dengan nyaman dan tidak membosankan. Nyamannya itu seperti apa ? lihat kondisi emosional sia anak. Apalagi anak TK –SD, ketika dia tidak mood, biarkan bermain dahulu. Baru didekati
Dahulu. Baru didekati dan ditanya, mau belajar apa tidak hari ini? Jadi, anak tidak merasa tertekan. Orang tua bisa mem- beri kebebasan kepada anak untuk mempelajari sesuatu. Ketika dia sudah bosan biarkan beristirahat. Jadí belajar tidak harus dalam waktu lama, apala- gi anak TK-SD.
Kemudian biasanya dulu sebelum pandemi, orang tua hampir 100 persen menyerah- kan anak ke sekolah. Tapi di masa ini, keterlibatan orang tua sangat penting dalam dampingi anak belajar. Artinya, pendampingan belajar ini seka- ligus pendekatan ikatan emosional. Jadi ketika belajar anak merasa enjoy dan merasa diperhatikan orang tuanya. Mengambil hikmahnya di pandemi ini, orang tua justru bisa menikmati keseharian bersama buah hatinya. Sekaligus men- dekatkan dengan anak. (Ditulis, di Harian Jawa Pos Radar Solo)